Banyak orang yang masih kurang care atau menganggap sepele dalam merekrut anak buah atau staff ketika memulai usaha. Yang penting asal mau diajak bergabung dan mau dibayar murah, namun kurang melihat bagaimana kemampuan anak buah itu untuk diajak berlari memajukanbisnis. Artinya yang dilihat hanya 'harganya' sekarang (present value) yang bisa dibayar murah, disisi lain kurang memperhatikan nilai masa depannya (future value).
Padahal kualitas anak buah (pada SDM kita) itu sangat menentukan. Maklum seorang entrepreneur tak mungkin melakukan semuanya sendiri. Tangan dia hanya dua, kaki juga dua, dan indra pikir (otak) dia juga hanya satu. Sehebat apapun seorang entrepreneur dia pasti punyaketerbatasan karena itu butuh orang-orang lain di sekitarnya yang bisa ia delegasikan tugas dengan kualitas hasil yang kurang lebih sama bagus dibanding kalau ia sendiri yang melakukannya. Syukur-syukur kalau bisa mengerjakan lebih bagus daripada ia sendiri yang melakukan.
Sejauh yang saya tahu, entrepreneur besar yang kemudian sukses melairkan perusahaan2 besar, juga didukung oleh para anak buah yang hebat yang mampu menerjemahkan keinginan owner, mampu bekerjasama, loyal, dan mau mencari ide-ide terobosan bisnis tanpa diomelin si
owner sekalipun. Mari kita bercermin dari kasus Astra. Kenapa Astra? Bagaimanapun Astra adalah salah satu perusahaan terbesar dan tersukses di Indonesia, dan juga menerapkan sistem manajerial yang oleh para ahli disebut-sebut sebagai yang terbaik di Indonesia.
Astra bisa besar dan menggurita seperti sekarang tak lepas dari perintisnya, yakni om William Suryajaya. Beliau adalah pendiri Astra yang awalnya bisnisnya juga trading, mensuplai kebutuhan beberapa instansi, sebelum menjadi raja otomotif. Banyak orang yang tak tahu kalau kalau Astra besar juga karena Om William punya beberapa anak buah yang hebat saat perintisan yang notabene adalah beberapa keponakannya sendiri. Sebut saja Pak TP Rachmat dan Pak Teddy Tohir -- masih ada beberapa yang lain.
Mereka ini sudah ikut Om William dari jaman susahnya dulu. Tapi mereka inilah anak buah yang berbakat yang memberikan kontribusi besar kepada si owner (entrepreneur) . Selain bekerja keras, juga capable dan punya visi. Terbukti Astra kemudian besar dan para anak buah itu kemudian juga mandiri menjadi enterpreneur yang sukses. Tedy Thohir kemudian sukses mendirikan bisnis sendiri Group Wahana (dealership dan financing untuk sepeda motor) -- Wom Finance. Sekarang bisnis dia sudah diteruskan anak-anaknya (Garibaldi Tohir dan Erick Tohir). TP Rachmat juga demikian. Orang ini, setelah lama menjadi Presdir Group Astra setelah era Om William, ia juga mendirikan usaha sendiri, Triputra Group yang kini juga menjadi salah satu kelompok usaha besar di Indonesia. Saya kira orang Astra pasti mengakui Astra bisa besar
salah satunya karena andil TP Rachmat, karena orang inilah yang membangun sistem di Astra. Dai juga cukup lama menjadi presdir Astra sebelum kahirnya mengundurkan diri.
Bagi para pemula bisnis, memang tidak mudah meniru langkah Om William, mencari anak-anak buah dari keluarga dekat yang hebat dan masih mau dibayar murah saat merintis bisnis. Yang penting saya kira semangatnya, cari anak buah terbaik sejauh yang bisa dilakukan. Jangan asal comot. Bagaimanapun kemajuan bisnis amat ditentukan SDM-nya. Kebetulan saya pernah tanya ke Pak TP Rachmat, apa rahasia beliau membesarkan Astra dan juga bisnis sendiri, jawabnya, ialah SDM. Punya tim yang hebat. Beliau kalau mau masuk di bisnis baru bukan bidangnya dulu yang dicari, namun orangnya dulu. Ada nggak orang yang siap beliau tempatkan sebagai CEO, GM, sbg. Beliau orang yang sangat concern dengan man management atau people management dan inilah salah satu pilar terpenting dalam bisnis. Kata beliau "kalau kita punya tim atau anak buah yang bagus sudah seperti Rinso, bisa mencuci sendiri".
Saya juga tahu banyak soal Astra dari relasi saya Pak Harijanto, beliau mantan tim-nya Pak TP Rachmat di Astra yang kemudian juga sukses menjadi entrepreneur. Pak Harijanto, pengusaha sepatu yang kini punya 9.000-an karyawan, juga menerapkan man management ala Astra di
perusahaannya. Dari mulai cara rekruitmen hingga bagaimana mengelola anak buah (soal upah dll). Makanya di perusahaan Pak Harijanto ini cukup harmonis meski pekerjanya ribuan orang. Beliau masih bisa nyanyi bersama dan dangdutan bersama karyawannya atau makan bersama di kantin perusahaan. Ini nggak gampang lho, apalagi saat ini banyak pemilik perusahaan yang datang ke pabriknya sendiri takut. Takut didemo, takut dikeroyok, takut dilempari kerikil, dll, karena soal upah dan sistem ketenagakerjaan yang kurang baik. Makanya ada beberapa pabrik yang dibakar atau disandera oleh karyawannya sendiri. Tragis. Mungkin pemiliknya menangis juga kenapa dia yang punya perusahaan tapi mau masuk pabriknya sendiri tak boleh. Tapi itu bisa jadi itu tuah dari ulahnya sendiri, karena tidak menerapkan man/people management yang
baik, adil dan transparan.
Salam sukses dan sejahtera
by:Darmaactivation