Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Ade Fauji

Saturday, 27 December 2008

How to Get Motivated and Set Goals: The Top Ten Tips

It’s easy to get motivated to do something you enjoy. The trick is to learn how to self-motivate to accomplish the things that involve practice that you don’t enjoy. Follow these Top Ten Tips to increase motivation and to set goals that are truly achievable.

1. Define your goal. You’ve got to clearly understand where you want to end up before you begin any journey. Set goals that are realistic and specific.

2. Don’t try to do everything at once. Limit your goals to follow a one-at-a-time model. Rome wasn’t built in a day.

3. Make your goals public. Tell those close to you what your goal is and that you want their feedback and support as you work toward your set goals. Ask them to ask about your progress.

4. Break down your goal into manageable mini-goals. Get expert help in how to organize your plan to achieve success.

5. Set personal rewards for achieving each of your mini-goals. Behavioralists are right—positive reinforcement stimulates sustained effort.

6. Start small, but start. Starting small can produce big results. Even the longest journey begins with a single step, but you have to take that step. Start by spending just ten minutes extra each day, working toward your set goals.

7. Practice correctly. More golf swings do not improve a golf game. Expert advice and coaching makes a difference.

8. Practice consistently but don’t over-do. Limit practice to avoid burn-out. An object in motion tends to stay in motion. So keep moving to accomplish your set goals.

9. Avoid procrastination. An object at rest tends to stay at rest. Make consistent effort a habitual practice. However, if you miss practice, forgive yourself and then start again.

10. Evaluate your progress toward your set goals and be flexible. What is working and what needs adjustment? Do the set goals or practice need refinement? Get expert, or at least, objective help to properly evaluate.

Source:
http://www.edarticle.com/homework/how-to-get-motivated-and-set-goals-the-top-ten-tips.html

Wednesday, 24 December 2008

Kegigihan, Pembeda Antara Kegagalan dan Kesuksesan

"Achievement seems to be connected with action. Successful men and women keep moving. They make mistakes, but they don't quit. – Prestasi terkait erat dengan tindakan. Orang-orang yang sukses akan terus berupaya. Mereka melakukan kesalahan, tetapi mereka tidak menyerah." Conrad Hilton.

Orang sukses bukan tidak pernah gagal, melainkan mereka tidak pernah menyerah. Sikap tersebut memerlukan mentalitas yang gigih. Kegigihan adalah salah satu unsur kehidupan yang sangat penting bagi kita. Sebagian besar orang-orang yang sukses memiliki mental seperti itu.

Contoh, Laksamana Peary baru berhasil mencapai Kutub Utara setelah berupaya 8 kali. Sementara Thomas Alfa Edison melakukan eksperimen 1.000 kali sebelum berhasil menemukan bola lampu dan 1.000 paten terbanyak sepanjang masa. John Creasey ditolak 743 kali oleh penerbitnya, sebelum berhasil menerbitkan 560 judul buku, yang telah terjual lebih 60 juta kopi. Begitupun yang terjadi pada Albert Einstein, Abraham Lincoln, dan lain sebagainya. Mereka tidak memiliki kelebihan khusus kecuali kegigihan.

Presiden USA ke 30, Calvin Coolidge mengatakan, "Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat menggantikan kegigihan. Bakat ?, Sudah sangat umum orang yang tidak berhasil karena ia hanya mengandalkan bakat. Kecerdasan ?, Sangat banyak orang yang cerdas tetapi tidak punya apa- apa. Pendidikan yang tinggi ?, Di dunia ini sangat banyak orang terlantar yang berpendidikan cukup tinggi. Kegigihan dan tekad kuat saja yang memiliki kekuatan besar."

Ketika kita memutuskan untuk tetap melanjutkan upaya hingga tercapai tujuan, itulah kegigihan. Meskipun tidak mudah memilikinya, tetapi kehidupan ini sendiri sebenarnya dapat membentuk kegigihan kita. Sehingga tak menutup kemungkinan kitapun memiliki sikap mental yang gigih dan menjadi salah satu dari orang-orang sukses di dunia.

Langkah yang dapat kita tempuh untuk membangkitkan mentalitas kegigihan kita adalah membaca dan mendengar kisah tentang bagaimana orang-orang sukses di dunia mengatasi berbagai rintangan sampai akhirnya mereka berhasil menjadi pemenang. Bila kita mengorek informasi lebih jauh tentang perjuangan mereka, kita akan mendapati bahwa mereka tak jauh berbeda dengan kita. Jika kita memiliki kualitas kegigihan seperti mereka, berarti kitapun mampu melakukan sesuatu yang luar biasa.

Memiliki target yang jelas dan terukur juga dapat membangkitkan kegigihan. Ketika segalanya berjalan sulit atau tantangan semakin besar, baiknya fokuskan pada target yang ingin kita capai. Orang yang sukses pasti memiliki kreatifitas untuk menciptakan alternatif- alternatif mengatasi kesulitan di tengah proses pencapaian tujuan. Target yang jelas merupakan sumber kreatifitas, keberanian dan energi untuk tetap gigih berupaya.

Melakukan visualisasi akan sangat mempengaruhi semangat dan suasana hari-hari kita. Caranya adalah mengosongkan pikiran terlebih dahulu. Kemudian pejamkan mata, dan lihatlah diri kita sejelas-jelasnya. Misalnya melihat diri kita mendapatkan sebuah penghargaan, lalu diminta memberikan kata sambutan di panggung sebagai seorang ilmuwan yang telah menemukan teknologi terbaru dan efektif memajukan hasil pertanian 100 kali lipat.

Kemudian kita juga akan melihat disana kita berbicara dengan percaya diri dan profesional serta memberikan inspirasi kepada banyak orang yang menghadiri acara tersebut. Bayangkan bagaimana seumpama kita nanti benar-benar mengalaminya. Melakukan visualisasi sesering dan sejelas mungkin seperti itu dapat membangkitkan tekad kita untuk melakukan langkah-langkah yang luar biasa. "Ingatlah selalu bahwa tekad Anda untuk sukses adalah lebih penting daripada apapun," terang Abraham Lincoln.

Auto-suggestion atau afirmasi adalah melakukan ulangan dengan menulis atau mengucapkan sebuah harapan secara berulang-ulang. Misalnya menyatakan, "Aku akan selalu menyambut hari baru dengan penuh semangat dan senyum yang paling manis. Aku akan menikmati setiap tantangan." Itu hanya sebuah contoh afirmasi, dan semua orang bisa menuliskan atau mengucapkan harapan yang positif sesuai keinginan masing-masing untuk meningkatkan kegigihan.

Melakukan auto-suggestion atau afirmasi bagi orang lain yang tidak mengerti tujuan yang hendak kita capai mungkin akan menganggap kita gila. Tetapi menurut Albert Cray, "Salah satu penentu sukses yang umum adalah membiasakan diri melakukan hal-hal yang tidak dilakukan oleh orang-orang yang gagal." Karena auto-suggestion atau afirmasi dengan disertai keyakinan terbukti sangat berpengaruh terhadap pikiran dan kegigihan kita dalam melakukan langkah-langkah yang mendekatkan diri terhadap target yang ingin kita capai.

Lingkungan terdiri dari orang-orang, dan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegigihan seseorang. Hyman Rickover mengatakan, "Great minds discuss ideas, average minds discuss events, small minds discuss people. - Orang-orang yang hebat mendiskusikan ide-ide, orang-orang biasa-biasa saja mendiskusikan situasi, orang-orang hidupnya susah akan cenderung membicarakan tentang kekurangan orang lain."

Kita harus pandai dan berhati-hati memilih komunitas, karena kekeliruan memilih dapat menyebabkan semangat kita turun drastis. Sebaliknya semangat atau kegigihan kita akan terpacu bila kita dikelilingi dengan orang-orang yang berpikir dan memiliki kebiasaan positif. Mereka terdiri dari orang-orang yang memiliki semangat luar biasa untuk lebih baik dan kemauan belajar yang tinggi.

Seorang yang sukses pasti memiliki program dan target kerja. Ia akan menyukai tantangan yang akan membawanya kepada kemenangan yang ia harapkan. Menghadiahi diri sendiri berdasarkan hasil tentu akan memacu kegigihan kita mewujudkan target yang lebih besar. Misalnya untuk pencapaian target jangka pendek kita nonton film terbaru atau belanja baju baru di pusat perbelanjaan. Sedangkan untuk prestasi jangka menengah kita sengaja mempersiapkan sebuah liburan ke luar kota selama 2-3 malam. Kitapun perlu memanjakan diri, misalnya melakukan wisata ke luar negri dan lain sebagainya setelah berhasil melampaui tantangan yang melelahkan untuk mencapai target jangka panjang.

Secara garis besar, kita harus belajar dari kehidupan yang terus berputar. Memang banyak diantara kita yang jatuh. Tetapi bila kita memilih untuk menang, sebenarnya mahkota kesuksesan itu berada sangat dekat dengan saat kita memulai. Jadi meskipun kecepatan kita rendah dalam menciptakan kemajuan, pastikan untuk tidak pernah menyerah dan tetap gigih melangkah.

Written by Andrew Ho

source: http://www.migas-indonesia.net/index.php?option=com_content&task=view&id=280&Itemid=51


Belajar Mencintai Dari Cicak

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah surat. Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek surat itu, ternyata surat tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi ?. Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun ?. Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada surat itu!.

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. Kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya....Ahhhh!. Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.

Sungguh ini sebuah cinta... cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta ?, tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara perempuan. Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita kasihi. Jangan pernah mengabaikan orang yang anda kasihi!!!.

Written by Swastioko Budhi Suryanto

source:http://www.migas-indonesia.net/index.php?option=com_content&task=view&id=231&Itemid=43


Saturday, 20 December 2008

Biaya Modal (Cost of capital)

Biaya Modal (Cost of capital) adalah biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan modal, baik modal yang berasal dari hutang, saham prefern, saham biasa maupun laba ditahan untuk membiayai investasi perusahaan. Konsep biaya modal merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh modal dari berbagai sumber tersebut....


external link: http://en.wikipedia.org/wiki/Cost_of_capital


Friday, 19 December 2008

Psikologi

Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Sejarah

Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafatabad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan. terkenal lain dalam

Psikologi kontemporer

Diawali pada abad ke 19, dimana saat itu berkembang 2 teori dalam menjelaskan tingkah laku, yaitu:

Psikologi Fakultas
Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam beberapa ‘fakultas’ yang meliputi: berpikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas: kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer, dan sebagainya.

Psikologi Asosiasi
Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah ‘asosiasi ide.’ Dimana ide masuk melalui alat indera dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.

Dalam perkembangan ilmu psikologi kemudian, ditandai dengan berdirinya laboratoriumWundt (1879) Pada saat itu pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiaheksperimental) Juga mulai diperkenalkan metode intropeksi, eksperimen, dsb. Beberapa sejarah yang patut dicatat antara lain: psikologi oleh Wundt (1879) Pada saat itu pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiah (eksperimental) Juga mulai diperkenalkan metode intropeksi, eksperimen, dsb. Beberapa sejarah yang patut dicatat antara lain:

  • F. Galton > merintis test psikologi.
  • Charles Darwin > memulai melakukan komparasi dengan binatang.
  • A. Mesmer > merintis penggunaan hipnosis
  • Sigmund Freud > merintis psikoanalisa

Psikologi sebagai ilmu pengetahuan

Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.

Laboratorium Wundt

Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.

Berdirinya Aliran Psikoanalisa
Berdirinya Aliran Behavioris
Berdirinya Aliran Fenomenologis

Fungsi psikologi sebagai ilmu

Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

Menjelaskan
Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
Memprediksikan
Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
Pengendalian
Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervesi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

Pendekatan Psikologi

Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu

Pendekatan neurobiologis

Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.

Pendekatan perilaku

Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.

Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

Pendekatan psikoanalisa

Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

Pendekatan fenomenologi

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

Kajian psikologi

Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:

Psikologi perkembangan

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi perkembangan

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.

Psikologi sosial

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi sosial

bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :

  1. studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
  2. studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
  3. studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik

Psikologi kepribadian

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi kepribadian

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diripsikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya. dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan

Psikologi kognitif

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: psikologi kognitif

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

Wilayah terapan psikologi

Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.

Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajarpendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah. dalam setting

Psikologi sekolah

Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.

Psikologi industri dan organisasi

Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerjaindividu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya. suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh

Psikologi kerekayasaan

Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error).

Psikologi klinis

Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

Parapsikologi

Parapsikologi adalah cabang psikologi yang mencakup studi tentang extra sensory perception, psikokinesis, dan sebagainya [1][2][3]. Bagi para pendukungnya, parapsikologi dilihat sebagai bagian dari psikologi positif dan psikologi transpersonal[1][4][3]. Penelitian parapsikologi pada umumnya dilakukan di laboratorium sehingga parapsikolog menganggap penelitian tersebut ilmiah.[1][3]. Kritisisme terhadap parapsikologi [5] dan dukungan terhadap parapsikologi dari American Association for the Advancement of Science terhadap affiliasinya yaitu Parapsychological Association [6]

Salah Kaprah Tentang Psikologi

Psikologi Bukan Ilmu Pengetahuan
Psikologi telah memiliki syarat untuk dapat berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan terlepas dari Filsafat. (Syarat Ilmu Pengetahuan: Memiliki objek (Tingkah laku), memiliki metode penelitian (sejak laboratorium Wundt didirikan psikologi telah membuktikan memiliki metode ilmiah), sistematis,dan bersifat universal.

Lihat keterangan lebih lanjut dari bahasan ini dalam artikel Kontroversi ilmu psikologi.

Salah penggolongan
Berbagai hal yang berbau kepribadian sering dimasukan kedalam psikologi, semisal: ramalan-ramalan seputar kepribadian (palmistry, chirology, dll.) sehingga terbentuk pandangan tentang psikologi bukanlah ilmu pengetahuan.
Terjebak dengan kata Psikotes
Psikologi bukan hanya psikotes, tetapi inilah bagian dari psikologi yang paling populer di masyarakat. Banyak kalangan yang sinis dengan psikologi karena psikotes, bagaimana psikolog dapat memvonis potensi seseorang dengan hanya serangkaian tes. Sesungguhnya masih banyak metode lain yang dapat digunakan, akan tetapi seringkali metode ini dipilih untuk alasan efisiensi.
Psikologi melakukan dehumanisasi
Kebalikannya, psikologi memandang setiap individu adalah unik, bahkan psikotes dilakukan untuk lebih memahami keunikan dari setiap individu. Justru, kalangan yang menyamaratakan setiap individu secara tidak langsung memvonis manusia adalah robot (dehumanisasi) yang tidak memiliki keunikan satu sama lainnya.

Source: http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi

DISC assessment

DISC is a group of psychological inventories developed by John Geier and based on the 1928 work of psychologist William Moulton Marston.

History

DISC is the four quadrant behavioral model based on the work of William Moulton Marston Ph.D. (1893 - 1947) to examine the behavior of individuals in their environment or within a specific situation. DISC looks at behavioral styles and behavioral preferences.

Marston completed doctoral studies at Harvard in the newly developing field of Psychology. In the early 1920's Marston first studied the concepts of will and power and their effect on personality and human behavior.[1] These findings contributed greatly to the field of psychology.

Marston published Emotions of Normal People in 1928.[2] In this book he first formally presented his findings, though he had written about DISC four years earlier. Marston published a second book on DISC, Integrative Psychology, in 1931. Marston really wanted to develop a unit of measurement of 'mental energy'. He did not develop the DISC test or assessment. In fact, he never used it as an assessment at all. However, in 1930, a friend did use it as an assessment in a book on success and it was published as one of the first in the newly emerging field of Self-Help publications.

Method

The assessments classify four aspects of behavior by testing a person's preferences in word associations (compare with Myers-Briggs Type Indicator). DISC is an acronym for:

  • Dominance - relating to control, power and assertiveness
  • Influence - relating to social situations and communication
  • Steadiness (submission in Marston's time)- relating to patience, persistence, and thoughtfulness
  • Conscientiousness (or caution, compliance in Marston's time) - relating to structure and organization

These four dimensions can be grouped in a grid with D and I sharing the top row and representing extroverted aspects of the personality, and C and S below representing introverted aspects. D and C then share the left column and represent task-focused aspects, and I and S share the right column and represent social aspects. In this matrix, the vertical dimension represents a factor of "Assertive" or "Passive", while the horizontal represents "Open" vs. "Guarded". [3]

  • Dominance: People who score high in the intensity of the 'D' styles factor are very active in dealing with problems and challenges, while low D scores are people who want to do more research before committing to a decision. High "D" people are described as demanding, forceful, egocentric, strong willed, driving, determined, ambitious, aggressive, and pioneering. Low D scores describe those who are conservative, low keyed, cooperative, calculating, undemanding, cautious, mild, agreeable, modest and peaceful.
  • Influence: People with High I scores influence others through talking and activity and tend to be emotional. They are described as convincing, magnetic, political, enthusiastic, persuasive, warm, demonstrative, trusting, and optimistic. Those with Low I scores influence more by data and facts, and not with feelings. They are described as reflective, factual, calculating, skeptical, logical, suspicious, matter of fact, pessimistic, and critical.
  • Steadiness:(Submission in Marston's time): People with High S styles scores want a steady pace, security, and do not like sudden change. Low S intensity scores are those who like change and variety. High S persons are calm, relaxed, patient, possessive, predictable, deliberate, stable, consistent, and tend to be unemotional and poker faced. People with Low S scores are described as restless, demonstrative, impatient, eager, or even impulsive.
  • Conscientious: (Compliance in Marston's time): Persons with High C styles adhere to rules, regulations, and structure. They like to do quality work and do it right the first time. High C people are careful, cautious, exacting, neat, systematic, diplomatic, accurate, tactful. Those with Low C scores challenge the rules and want independence and are described as self-willed, stubborn, opinionated, unsystematic, arbitrary, and careless with details.

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/DiSC

Wednesday, 17 December 2008

Process Safety Management

Process Safety Management is a regulation, promulgated by the U.S. Occupational Safety and Health Administration (OSHA), intended to prevent an incident like the 1984 Bhopal Disaster. A process is any activity or combination of activities including any use, storage, manufacturing, handling or the on-site movement of Highly Hazardous Chemicals (HHCs). A process includes any group of vessels which are interconnected or separate and contain HHC's which could be involved in a potential release. A process safety incident is the "Unexpected release of toxic, reactive, or flammable liquids and gases in processes involving highly hazardous chemicals. Incidents continue to occur in various industries that use highly hazardous chemicals which exhibit toxic, reactive, flammable, or even explosive properties, or may exhibit a combination of these properties. Regardless of the industry that uses these highly hazardous chemicals, there is a potential for an accidental release any time they are not properly controlled. This, in turn, creates the possibility of disaster. To help assure safe and healthy workplaces, OSHA has issued the Process Safety Management of Highly Hazardous Chemicals regulation (Title 29 of CFR Section 1910.119)[1] which contains requirements for the management of hazards associated with processes using highly hazardous chemicals." [2]

A great many industrial facilities must comply with OSHA's Process Safety Management (PSM) regulations as well as the quite similar United States Environmental Protection Agency‎ (EPA) Risk Management Program (RMP) regulations (Title 40 CFR Part 68). The EPA has published a model RMP plan for an ammonia refrigeration facility[3] which provides excellent guidance on how to comply with either OSHA's PSM regulations or the EPA's RMP regulations.

The Center for Chemical Process Safety (CCPS) of the American Institute of Chemical Engineers (AIChE) has published a widely used book that explains various methods for identifying hazards in industrial facilities and quantifying their potential severity.[4] Appendix D of the OSHA's PSM regulations endorses the use of the methods explained in that book.

Clarifications and interpretations of the PSM Standard CPL 2-2.45A, Appendix B

The guidance contained in this appendix is provided for compliance assistance. It shall be followed in interpreting the PSM standard for compliance purposes. Unless otherwise noted, all paragraph citations refer to 29 CFR 1910.119.

This appendix contains clarifications agreed to in a settlement agreement dated April 5, 1993, between OSHA, the United Steelworkers of America, the Oil, Chemical and Atomic Workers International Union, and the Building and Construction Trades Department of the AFL-CIO. The settlement agreement clarifications reflect modifications jointly and cooperatively agreed to by the above parties and by the Chemical Manufacturers Association, the American Petroleum Institute, the Dow Chemical Company, and the National Petroleum Refiners Association.

Where possible, clarifications and interpretations have been presented in a question-and-answer format.

Note: OSHA plans to include additional clarifications and interpretations in this appendix through future page changes to this instruction.[5]

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Process_Safety_Management

Process Safety Management

Process Safety Management is a regulation, promulgated by the U.S. Occupational Safety and Health Administration (OSHA), intended to prevent an incident like the 1984 Bhopal Disaster. A process is any activity or combination of activities including any use, storage, manufacturing, handling or the on-site movement of Highly Hazardous Chemicals (HHCs). A process includes any group of vessels which are interconnected or separate and contain HHC's which could be involved in a potential release. A process safety incident is the "Unexpected release of toxic, reactive, or flammable liquids and gases in processes involving highly hazardous chemicals. Incidents continue to occur in various industries that use highly hazardous chemicals which exhibit toxic, reactive, flammable, or even explosive properties, or may exhibit a combination of these properties. Regardless of the industry that uses these highly hazardous chemicals, there is a potential for an accidental release any time they are not properly controlled. This, in turn, creates the possibility of disaster. To help assure safe and healthy workplaces, OSHA has issued the Process Safety Management of Highly Hazardous Chemicals regulation (Title 29 of CFR Section 1910.119)[1] which contains requirements for the management of hazards associated with processes using highly hazardous chemicals." [2]

A great many industrial facilities must comply with OSHA's Process Safety Management (PSM) regulations as well as the quite similar United States Environmental Protection Agency‎ (EPA) Risk Management Program (RMP) regulations (Title 40 CFR Part 68). The EPA has published a model RMP plan for an ammonia refrigeration facility[3] which provides excellent guidance on how to comply with either OSHA's PSM regulations or the EPA's RMP regulations.

The Center for Chemical Process Safety (CCPS) of the American Institute of Chemical Engineers (AIChE) has published a widely used book that explains various methods for identifying hazards in industrial facilities and quantifying their potential severity.[4] Appendix D of the OSHA's PSM regulations endorses the use of the methods explained in that book.

Clarifications and interpretations of the PSM Standard CPL 2-2.45A, Appendix B

The guidance contained in this appendix is provided for compliance assistance. It shall be followed in interpreting the PSM standard for compliance purposes. Unless otherwise noted, all paragraph citations refer to 29 CFR 1910.119.

This appendix contains clarifications agreed to in a settlement agreement dated April 5, 1993, between OSHA, the United Steelworkers of America, the Oil, Chemical and Atomic Workers International Union, and the Building and Construction Trades Department of the AFL-CIO. The settlement agreement clarifications reflect modifications jointly and cooperatively agreed to by the above parties and by the Chemical Manufacturers Association, the American Petroleum Institute, the Dow Chemical Company, and the National Petroleum Refiners Association.

Where possible, clarifications and interpretations have been presented in a question-and-answer format.

Note: OSHA plans to include additional clarifications and interpretations in this appendix through future page changes to this instruction.[5]

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Process_Safety_Management

Sunday, 14 December 2008

SWOT analysis

SWOT Analysis is a strategic planning method used to evaluate the Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats involved in a project or in a business venture. It involves specifying the objective of the business venture or project and identifying the internal and external factors that are favourable and unfavourable to achieving that objective. The technique is credited to Albert Humphrey, who led a research project at Stanford University in the 1960s and 1970s using data from Fortune 500 companies.

Contents

Strategic and Creative Use of SWOT Analysis

Strategic Use: Orienting SWOTs to An Objective

Illustrative diagram of SWOT analysis

If a SWOT analysis does not start with defining a desired end state or objective, it runs the risk of being useless. A SWOT analysis may be incorporated into the strategic planning model. An example of a strategic planning technique that incorporates an objective-driven SWOT analysis is SCAN analysis. Strategic Planning, including SWOT and SCAN analysis, has been the subject of much research.

  • Strengths: attributes of the organization that are helpful to achieving the objective.
  • Weaknesses: attributes of the organization that are harmful to achieving the objective.
  • Opportunities: external conditions that are helpful to achieving the objective.
  • Threats: external conditions which could do damage to the business's performance.

Identification of SWOTs is essential because subsequent steps in the process of planning for achievement of the selected objective may be derived from the SWOTs.

First, the decision makers have to determine whether the objective is attainable, given the SWOTs. If the objective is NOT attainable a different objective must be selected and the process repeated.

Creative Use of SWOTs: Generating Strategies

If, on the other hand, the objective seems attainable, the SWOTs are used as inputs to the creative generation of possible strategies, by asking and answering each of the following four questions, many times:

  • How can we Use each Strength?
  • How can we Improve each Weakness?
  • How can we Exploit each Opportunity?
  • How can we Mitigate each Threat?

Ideally a cross-functional team or a task force that represents a broad range of perspectives should carry out the SWOT analysis. For example, a SWOT team may include an accountant, a salesperson, an executive manager, an engineer, and an ombudsman.

Matching and converting

Another way of utilizing SWOT is matching and converting.

Matching is used to find competitive advantages by matching the strengths to opportunities.

Converting is to apply conversion strategies to convert threats or weaknesses into strengths or opportunities. [1]

An example of conversion strategy is to find new markets.

If the threats or weaknesses cannot be converted a company should try to minimize or avoid[2] them.

Evidence on the Use of SWOT

SWOT analysis may limit the strategies considered in the evaluation. "In addition, people who use SWOT might conclude that they have done an adequate job of planning and ignore such sensible things as defining the firm's objectives or calculating ROI for alternate strategies." [3][4] and Hill and Westbrook (1997) [5] have shown that SWOT may harm performance. As an alternative to SWOT, J. Scott Armstrong describes a 5-step approach alternative that leads to better corporate performance.[6] Findings from Menon et al. (1999)

These criticisms are addressed to an old version of SWOT analysis that precedes the SWOT analysis described above under the heading "Strategic and Creative Use of SWOT Analysis." This old version did not require that SWOTs be derived from an agreed upon objective. Examples of SWOT analyses that do not state an objective are provided below under "Human Resources" and "Marketing."

Internal and external factors

The aim of any SWOT analysis is to identify the key internal and external factors that are important to achieving the objective. These come from within the company's unique value chain. SWOT analysis groups key pieces of information into two main categories:

  • Internal factors – The strengths and weaknesses internal to the organization. - Use a PRIMO-F analysis to help identify factors
  • External factors – The opportunities and threats presented by the external environment to the organization. - Use a PEST or PESTLE analysis to help identify factors

The internal factors may be viewed as strengths or weaknesses depending upon their impact on the organization's objectives. What may represent strengths with respect to one objective may be weaknesses for another objective. The factors may include all of the 4P's; as well as personnel, finance, manufacturing capabilities, and so on. The external factors may include macroeconomic matters, technological change, legislation, and socio-cultural changes, as well as changes in the marketplace or competitive position. The results are often presented in the form of a matrix.

SWOT analysis is just one method of categorization and has its own weaknesses. For example, it may tend to persuade companies to compile lists rather than think about what is actually important in achieving objectives. It also presents the resulting lists uncritically and without clear prioritization so that, for example, weak opportunities may appear to balance strong threats.

It is prudent not to eliminate too quickly any candidate SWOT entry. The importance of individual SWOTs will be revealed by the value of the strategies it generates. A SWOT item that produces valuable strategies is important. A SWOT item that generates no strategies is not important.

Use of SWOT Analysis

The usefulness of SWOT analysis is not limited to profit-seeking organizations. SWOT analysis may be used in any decision-making situation when a desired end-state (objective) has been defined. Examples include: non-profit organizations, governmental units, and individuals. SWOT analysis may also be used in pre-crisis planning and preventive crisis management.

SWOT-landscape analysis

The SWOT-landscape grabs different managerial situations by visualizing and foreseeing the dynamic performance of comparable objects according to findings by Brendan Kitts, Leif Edvinsson and Tord Beding (2000).[7]

Changes in relative performance are continuously identified. Projects (or other units of measurements) that could be potential risk or opportunity objects are highlighted.

SWOT-landscape also indicates which underlying strength/weakness factors that have had or likely will have highest influence in the context of value in use (for ex. capital value fluctuations).

Corporate planning

As part of the development of strategies and plans to enable the organization to achieve its objectives, then that organization will use a systematic/rigorous process known as corporate planning. SWOT alongside PEST/PESTLE can be used as a basis for the analysis of business and environmental factors.[8]

  • Set objectives – defining what the organization is going to do
  • Environmental scanning
    • Internal appraisals of the organization's SWOT, this needs to include an assessment of the present situation as well as a portfolio of products/services and an analysis of the product/service life cycle
  • Analysis of existing strategies, this should determine relevance from the results of an internal/external appraisal. This may include gap analysis which will look at environmental factors
  • Strategic Issues defined – key factors in the development of a corporate plan which needs to be addressed by the organization
  • Develop new/revised strategies – revised analysis of strategic issues may mean the objectives need to change
  • Establish critical success factors – the achievement of objectives and strategy implementation
  • Preparation of operational, resource, projects plans for strategy implementation
  • Monitoring results – mapping against plans, taking corrective action which may mean amending objectives/strategies.[9]

Marketing

Main article: Marketing management

In many competitor analyses, marketers build detailed profiles of each competitor in the market, focusing especially on their relative competitive strengths and weaknesses using SWOT analysis. Marketing managers will examine each competitor's cost structure, sources of profits, resources and competencies, competitive positioning and product differentiation, degree of vertical integration, historical responses to industry developments, and other factors.

Marketing management often finds it necessary to invest in research to collect the data required to perform accurate marketing analysis. Accordingly, management often conducts market research (alternately marketing research) to obtain this information. Marketers employ a variety of techniques to conduct market research, but some of the more common include:

  • Qualitative marketing research, such as focus groups
  • Quantitative marketing research, such as statistical surveys
  • Experimental techniques such as test markets
  • Observational techniques such as ethnographic (on-site) observation
  • Marketing managers may also design and oversee various environmental scanning and competitive intelligence processes to help identify trends and inform the company's marketing analysis.

Using SWOT to analyse the market position of a small management consultancy with specialism in HRM.[10]

Strengths Weaknesses Opportunities Threats
Reputation in marketplace Shortage of consultants at operating level rather than partner level Well established position with a well defined market niche. Large consultancies operating at a minor level
Expertise at partner level in HRM consultancy Unable to deal with multi-disciplinary assignments because of size or lack of ability Identified market for consultancy in areas other than HRM Other small consultancies looking to invade the marketplace
Track record – successful assignments

strength- market related , finance related , operational related , research and development related, hr related

market related- product quality, packaging , advertisement, service, distribution channel finance related- optimum debt/equity ratio, number of share holders, inventory size , optimum use of the financial resources, low cost of borrowings proper investment of the financial products

operational related- low cost , higher productivity , excellent quality , modernized technology.

source: http://en.wikipedia.org/wiki/SWOT_analysis